Senin, 03 Februari 2014

HIDUP SESUAI PORSINYA

Minggu pagi adalah mingu yang cerah, tak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu mendung dan di selimuti kabut bekas hujan. Tapi sayangnya kecerahan itu tak secerah hati Nia, entah kenapa pagi itu dia asik termenung dan mengurung diri di kamar. Hari minggu yang cerah seharusnya asik buat jalan-jalan, tapi tak untuk Nia.

“Nia , kenapa mengurung terus di kamar, kamu ngapain nak” tanya ibunya.

“gak ngapa ngapain buk, asik depan laptop aja” jawan Nia

Sebetulnya ibunya menyuruhnya turun dari kamar untuk makan siang, tapi tunggu di tunggu Nia tak kunjung turun juga.

“kakak mu ngapain to dek kok nggak mau keluar kamar, gak kayak biasanya. Tanya ibunya pada Refi adik Nia
“gak tau juga aku buk “ jawab Refi

Dari sampai malam Nia juga tak kunjung membuka pintunya, ibunya khawatir dan sangat tidak tenang dengan sikap Nia yang tak seperti biasanya.

“Nia sudah pukul 8 malam ni, kamu gak keluar makan, gak keluar nonton tv, kamu kenapa nak,kalau sakit bilang sama ibuk”
“gak buk, Nia asik bikin tugas” jawab Nia
“Yaudah jangan tidue larut malam”


Didalam benak Nia, Nia sedang sedih dengan kehidupannya. Sedih dengan keadaan ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan. Nia selalu berfikir bisa seperti temen-temen dia yang lainnya  bisa punya uang jajan lebih, bisa jalan jalan keluar kota bahkan keluar negeri, bisa belanja sepuasnya. Tapi harapan itu pupus karena Nia tau ayahnya hanya seorang supir dan ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga sedangkan ia pun mempunyai 3 orang adik yang masih kecil. Dia tau semua itu sebab keinginan yang tidak bisa di ungkapkan itu lah ia jadi diam seperti itu.

Senin pagi sebelum sekolah, ibunya memergokki Nia sedang melamun di tepi jendela kamarnya.

“Nia .... sudah pukul 6 cepat sarapan, adik sama bapak sudah nunggu di bawah” perintah ibunya

“iya buk “ Jawab Nia dengan muka sedikit cemberut.

Sesampainya di meja makan,seperti biasanya nasi goreng dengan tempe goreng sudah menghadangnya,  Nia mengambil sedikit nasi goreng saja tidak seperti biasanya,

“Nia kamu tu kenapa to nduk mbok cerita sama bapak kalo ada masalah itu, jangan di simpen-simpen kayak gini. Muka kamu nggak bisa bohongin bapak sama ibumu ini” Ujar bapaknya

“Buk uang jajan kurang, buat foto copy tugas-tugas sama buat jajn.” Kata nia dengan tidak memperdulikan pertanyaan ayahnya.

“lhoo..kok sekarang kurang to nduk, biasanya juga cukup to??” sanggah ibunya.

Nia lantas diam dan tidak menjawab lagi pertanyaan ibunya
“buk Nia berangkat dulu “ sambil cium tangan ayah dan ibunya

“pak , Nia kenapa jadi seperti itu, ibu heran khwatir pak. Ujar ibu itu dengan suaminya.

“tenang buk coba nanti malam ibu ngomong dengan Nia” jawab suaminya.

(singkat Cerita)
Malam itu,
“Nia .ibunya memanggil sambil membuka pintu kamar Nia , waktu itu Nia lupa untuk mengunci pintu kamarnya. Saat itu ibunya memergoki nia yang sedang menangis.
“Nia kenapa nangis, ada masalh apa nak, ngomong sama ibuk jangan Nia simpan sendiri masalah ini.”bujuk ibunya.

“Buk ..Nia juga kepengen hidup kayak temen-temen Nia, yang selalu bisa hidup senang sedikitpun gak merasa kekurangan, aku pingin juga buk punya uang jajan lebih, punya HP canggih, laptop itu pun sudah rusak gak mulus lagi, ketika liburan datang aku Cuma bisa jaga adik-adik dan jaga rumah...aku juga pingin buk bisa jalan-jalan ,tapi aku tau bapak dan ibu gak ada uang lebih, sebab itu pun aku diam.” Ungkap Nia dengan tangisnya.

Ibunya menggeleng kepalanya, sambil menjawabnya
“Nia ...nia anak ibu yang paling tua, ibu percaya nia bisa berfikir dewasa karena sekarang Nia bukan anak SMP lg. Nia tolak ukur kita bahagia itu bukan dari banyaknya harta yang kita punyai, tapi ketika kita bisa bersyukur dengan Rizki yang Allah bagi untuk kita. Meski kurang kita tetap harus bersyukur karena rizki itu Allah sudah mengaturnya dan mungkin tertukar”

“tapi apa nia salah jika Nia harapkan yang lebih baik dalam hidup ku, bu.

“berharap untuk kehidupan yang lebih baik itu tidak salah tapi bukan seperti ini jalannya nak. Allah sudah memberi porsi kehidupan sendiri sendiri untuk umatNya dan itu gak sama antara manusia yang satu dengan yang lain. Allah sudah menggariskan kehidupan masing-masing nak,
Maaf kan ibu dan bapak yang tidak bisa menjadi apa yang Nia harapkan, kami bekerja keras untuk masa depan Nia dan adik-adik supaya bisa sukses dan hidup lebih baik dari ayah dan ibuk. Nia mengerti kan apa yang ibuk maksud. Kita jangan iri dengan kehidupan orang lain,kita sholat yang rajin, mengaji yang rajin, tekun beribadah dan jangan lupa untuk slalu berusaha itu lebih penting dari semua itu Nak”

“Nia minta maaf buk,sudah buat ibuk dan bapak sedih . ujar Nia sambil memeluk ibunya

“tidak apa-apa nak, ibuk seneng kalau anak ibuk yang cantik ini sudah faham, dah sekarang tidur besok sekolah kan.

Dan Nia pun kini sadar bawha iri akan kehidupan orang lain itu tidak lah penting, semua orang sudah hidup dengan porsinya sendir-sendiri jadi buat apa merasa iri toh Allah itu Maha Adil.

THE END


(seperti itu lah kita hidup, jangan selalu melihat keatas, lihat lah kebawah dengan seperti itu bisa menyadarkan kita bahwa di bawah kita ada yang lebih kurang lg. Bersyukur adalah kunci dari semuanya. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amiin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar